Slawi – Antisipasi kejadian bencana di musim penghujan ini, Bupati Tegal Umi Azizah gelar Apel Terpadu Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana, Kamis (10/12/2020) di Lapangan Tengah Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Tegal. Di hadapan para relawan, Umi mengingatkan perlunya mitigasi bencana alam seperti tanah longsor, banjir dan angin puting beliung, termasuk banjir bandang dan tanah longsor di wilayah dataran tinggi karena adanya sejumlah tutupan lahan di kawasan hutan lindung yang terkonversi menjadi lahan pertanian terbuka.
Dari catatan kejadian bencana, pihaknya mencatat adanya peristiwa banjir bandang di Pancuran 13 Guci tahun 2018 lalu yang disertai dengan material longsoran akibat erosi tanah terbuka di wilayah atas, termasuk di perbukitan Rimpak yang terbawa limpasan air hujan dan masuk ke aliran sungai alam. Umi berharap kejadian banjir bandang tersebut tidak berulang, terlebih sampai menimbulkan korban, sehingga upaya mitigasi bisa lebih dikedepankan.
Contoh lain yang diungkapkan Umi adalah terputusnya infrastruktur jembatan di Kali Kemiri yang diawali dari timbunan sampah, sehingga menghambat laju aliran air di musim penghujan dan kemudian menggerus pondasi jembatan. “Catatan-catatan peristiwa tersebut kiranya penting kita gunakan sebagai referensi dalam penyusunan rencana kontijensi dan pemetaan kawasan rawan bencana,” ucap Umi.
Umi juga meminta semua pemangku kepentingan agar meningkatkan kesiapsiagaannya dan menyamakan persepsi dalam mitigasi bencana menghadapi musim penghujan ini. Umi berharap, unsur TNI dan Polri bisa ikut mendukung upaya penanggulangan bencana, termasuk penegakan hukum bagi pelanggar tindak pidana perlindungan lingkungan hidup, seperti penjarahan lahan hutan maupun tindak pidana lainnya di bidang penataan ruang.
Terlebih, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memperingatkan adanya fenomena La Nina di akhir tahun 2020 ini hingga awal tahun 2021 yang menyebabkan intensitas curah hujan tinggi. Kondisi tersebut tentunya bisa berdampak pada timbulnya bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor dan angin puting beliung.
“Untuk menanggulangi bencana ini, harus ada upaya terpadu dan bersama-sama bersinergi. Sehingga pendekatan kolaboratif dari gabungan unsur pemerintah, akademisi dan peneliti, dunia usaha, masyarakat, dan media massa, harus dikedepankan,” katanya.
Meski demikian, ia berharap, meski dalam situasi pandemi Covid-19 yang membatasi aktifitas sosial, upaya membangun kesadaran masyarakat dan pengembangan sumber daya manusia yang handal dalam menangani bencana lewat kegiatan simulasi harus terus dilakukan.
“Mulai dari pemerintah daerah, para relawan, organisasi Palang Merah Indonesia (PMI), organisasi kemasyarakatan hingga pencinta alam, saya harap bisa melakukan simulasi latihan penanganan bencana secara berkala, secara rutin dan berkesinambungan dengan memerhatikan protokol kesehatan,” pungkasnya.
Discussion about this post