Slawi – Memimpin apel peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia di Taman Rakyat Slawi Ayu (Trasa), pada hari Jumat (09/12/2022), Bupati Tegal Umi Azizah mencontohkan figur pemimpin teladan Jenderal Hoegeng sebagai tokoh yang terkenal jujur dan anti korupsi di kepolisian.
Menurut Umi, Jenderal asal Pekalongan tersebut, dikenal tidak mempan suap bahkan saat duduk dijabatan Kapolri tahun 1968-1971. Sederet kisah inspiratif berhasil ditorehkan dan menjadi legasi bagi kepemimpinan di negeri ini bahkan dunia hingga masa sekarang.
Dihadapan peserta upacara yang mayoritas pelajar, Umi menerangkan jika Hoegeng adalah legenda hidup di masanya, tapi kejujuran dan kesederhanaannya tetap abadi dan sudah seharusnya diteladani.
“Jenderal Hoegeng sangat menginspirasi, saat ia ditugaskan sebagai perwira polisi ke Sumatera Utara di tahun 1955 untuk memberantas penyeludupan dan perjudian, Jendral Hoegeng sangat bersih, ia tidak mau disuap dengan barang mewah seperti mobil dari pengusaha yang terjerat kasus penyelundupan, serta menolak hadiah mobil dan rumah dari pengusaha,” tutur Umi.
Seiring dengan itu, Umi pun menceritakan salah satu hal unik yang dimiliki Jendral Hoegeng yaitu tidak pernah menyertakan nama lengkapnya di berbagai kesempatan. Dalam keseharian ia hanya menyampaikan namanya Hoegeng, yang itupun juga bukan nama sebenarnya, karena nama Hoegeng itu adalah nama sapaannya saat kecil.
Hoegeng berwasiat hanya akan menggunakan nama tengah dan akhirnya sebagai nama sebenarnya setelah ia membuktikan bahwa dirinya mampu dan pantas mengemban amanah dari nama pemberian orang tuanya tersebut.
“Lalu siapa nama Jenderal Hoegeng ini sebenarnya? namanya adalah Iman Santoso yang kemudian nama ini ia pesankan ke salah satu anaknya untuk dituliskan lengkap di batu nisan-nya kelak saat meninggal,” jelas Umi.
Dan bener saja, lanjut Umi saat Hoegeng meninggal dunia tahun 2004 lalu, namanya terukir lengkap di nisannya, Drs. H. Hoegeng Iman Santoso yang kemudian juga disisipkan pesan terakhirnya yang berbunyi “Alhamdulillah telah kubuktikan bahwa iman-ku benar-benar sentosa.”, memang, kata Umi imannya benar-benar sentosa sampai akhir hayat.
Meneladani Jendral Hoegeng, Umi meminta pemimpin di seluruh tingkatan untuk turut memberikan teladan, termasuk pemimpin ditingkatan keluarga.
“Dari sini saya tidak berbicara banyak tentang antikorupsi, sebab setiap penyelenggara negara hingga kepala desa dan bahkan masyarakat sesungguhnya sudah paham betul tentang perilaku koruptif ini, termasuk pungli, setor ke atasan, gratifikasi, jadi beking pengusaha atau usaha yang melanggar hukum dan lain-lain,” ujar Umi.
Tinggal bagaimana keseriusan negara ini menegakkan hukum setegak-tegaknya, seadil-adilnya tanpa pandang bulu, serta moralitas dari para penyelenggara negara untuk mau bekerja jujur, berani melapor, sesulit dan sesusah apapun ini harus terus dilakukan demi tegaknya NKRI, Indonesia yang baldatun thoyyibatun wa rabbun ghofur.
Lebih lanjut, Umi menerangkan jika apel dan sosialisasi anti korupsi adalah hal yang penting. Namun, menurutnya lebih penting lagi jika bisa memerangi korupsi dari diri sendiri.
“Ayo kita mulai dari diri kita sendiri, kita praktikan di diri kita sendiri dan tentunya seluruh ASN untuk memberikan pelayanan maskimal, pelayanan terbaik agar kepuasan masyarakat semakin meningkat, kesejahteraan meningkat, kesehatan meningkat, dan capaian pendidikan juga meningkat tanpa embel-embel pemberian hadiah atau gratifikasi,” tegas Umi.
Saat menutup apel ini, Umi mengutip salah satu kata-kata mutiara dari Jenderal Hoegeng, “Baik menjadi orang penting, tapi lebih penting menjadi orang baik.”
Ditemui seusai apel, Inspektur Inspektorat Kabupaten Tegal Saidno menuturkan, jika pihaknya telah berorientasi pada pencegahan. Jadi, menurutnya semakin kecil kejadian pelanggaran ini berarti deteksi dini pihaknya telah berhasil.
“Kami sangat semangat membangun pemerintahan yang bersih tanpa korupsi dimulai dari diri kita sendiri menjadi apapun dan dimana pun. Saat ini, kita menargetkan zero kasus karena dengan kesadaran,” tegas Saidno. (EW)
Discussion about this post