Bupati Tegal, Enthus Susmono dan Dandim 0712/Tegal Letkol Kav Kristiyanto S.Sos beserta jajarannya dan anggota FKPPI Kabupaten dan Kota Tegal nonton bareng (Nobar) film dengan judul “Merah Putih Memanggil” di gedung bioskop cinema Transmart Kota Tegal. Rabu,(11/10).
Kegiatan nonton bareng ini yang berjudul Merah putih Memanggil sesuai dengan perintah telegram atasan, dengan tujuan untuk membangkitkan semangat Prajurit dan semangat juang serta kebanggaan sebagai Prajurit Tentara Nasional Indonesia. Pada kesempatan itu Dandim 0712/Tegal Letkol Kav Kristiyanto S.Sos mengatakan bahwa kita adalah Prajurit Pejuang yang selalu berlatih untuk mempertahankan kedaulatan Negara.
“Oleh karena itu kita harus banyak melihat contoh Prajurit yang baik dalam melaksanakan tugas Negara agar kita mampu berkreatif dan meningkatkan kesiap-siagaan dalam melaksanakan tugas dimanapun kita bertugas” ujarnya.
Dandim 0712/Tegal mengatakan bahwa film ini merupakan bibit inspirasi kesiapan bagi Prajurit. “Tapi sebanyak-banyaknya kita berlatih harus tetap mengingat bahwa kita adalah Prajurit yang lahir dari rakyat, oleh karena itu kita harus dekat dengan masyarakat dan mau tahu kesulitan rakyat” ucap Dandim.
Sementara itu, Bupati Tegal, Entus Susmono, mengatakan bahwa film ini sangat bagus dalam rangka menumbuhkan rasa nasionalisme buat bangsa dan negara, tidak hanya itu, film ini juga mengajarkan pada masyarakat untuk senantiasa mencintahi merah putih walaupun dengan mengorbankan jiwa dan raganya” ucap Enthus.
Dalam cerita film ini menceritakan Kapten Norman ( Maruli Tampubolon) membuka gawainya selepas berlatih. Ia melihat sebuah video berita tentang pembajakan kapal pesiar berbendera Indonesia oleh kelompok teroris internasional. Adegan tersebut merupakan awal kisah film Merah Putih Memanggil yang digarap oleh rumah produksi TeBe Silalahi. Bertindak sebagai pimpinan teroris adalah artis peran Ariyo Wahab yang memerankan Diego, si bengis. Ia dibantu oleh kaki tangannya yang bernama Lopez (Restu Sinaga). Mereka adalah kelompok teroris yang menduduki negara fiktif Tongo, tetangga Indonesia.
Kelompok mereka berhasil menyandera beberapa awak kapal pesiar yang terdiri dari orang Indonesia dan warga Perancis. Misi mereka adalah meminta uang tebusan kepada negara yang warganya disandera. Jika tak dituruti, mereka tak segan membunuh sandera. Sayangnya aparat Pemerintah Tongo tak berdaya menangani agresifnya kelompok teroris tersebut. Mereka lalu memberikan akses kepada TNI untuk menyelamatkan para sandera.
Norman yang merupakan komandan anti teror Kopassus ditugaskan untuk menyelamatkan sandera. Timnya dibantu oleh pasukan gabungan dari unsur TNI AD, TNI AL, dan TNI AU. Mereka hanya memiliki waktu 48 jam untuk menyelamatkan sandera. Selama operasi penyelamatan, bentrokan senjata antara pasukan TNI dengan teroris tak bisa dihindari. Korban jiwa dari kedua belah pihak terus bertumbangan.
Meskipun pasukan khusus tersebut berhasil menyelamatkan para sandera dalam prosedur misi awalnya, mereka malah diburu dan dikejar-kejar oleh pasukan pemberontak. Namun, aksi laga prajurit TNI tak usah diragukan. Berkali-kali aksi mereka dapat mengundang decak kagum penonton. Tak jarang, dialog ringan mereka malah begitu jenaka. Selain prajurit TNI, berbagai peralatan militer TNI juga dipergunakan dalam film tersebut. Peralatan itu adalah pesawat tempur, helikopter, KRI Diponegoro, tank amfibi, dan kapal selam.
Discussion about this post